Aku & Warna.

Uh....Setelah beberapa hari mengarang dan mengedit ternyata selesai juga cerpen ini, dan cerpen ini aku persembahkan untuk para follower ku, mudah-mudahan menyukainya.


Aku..& Warna

By:Ega

Ada warna di bagian kelam hatimu,
Logika sekali kadang warna bisa  mengubah kita menjadi bukan diri kita sendiri, warna indahnya tiada nilai. Karena warna kota tak akan pernah mati suri, dan seperti wanita yang suka menggunakan warna untuk menutupi kebohongan fisiknya seperti pria yang suka menjadikan warna untuk mengawali satu penipuan untuk pasangan hidupnya, kadang warna bisa dipadu menjadi apa saja,
Namun warna juga lah yang sekarang membuat hari-hari menjadi sangat berbeda.”

Bukan ini yang aku minta dari hubungan ini, terpenjara dalam ruang sepi dan harus terharu jika melihat orang lain berbahagia dalam indahnya regukan rasa. Kita memang berada di dunia yang berbeda. Namun aku selalu memperhatikan mu, dari bangun mu hingga tidurmu bahkan saat malam aku masih terus menjagamu, apakah kau pernah merasakanya?..
Tapi aku merasakanya, buktinya aku selalu melihat berjuntai air mata yang selalu jatuh berderai disetiap malam panjangmu, lupakan aku dari igauan mimpi burukmu sayang, karena hampir tak pernah lelap tidurmu. Ya….setiap malam.
Salahkah jika aku memutuskan mu, karena aku nggak mampu menjaga hubungan indah ini. Plis sayang aku sudah sangat merelakanmu, pergi dan  terbanglah masih banyak pangeran yang ingin merasakan getar hati yang paling dalam di dasar jiwamu, demi Allah aku rela.
Sayang……
Pagi ini hari minggu , gerimis dari malam hingga pagi ini nggak mengubah niatmu untuk menuju ke daerah yang kamu anggap adalah tempat paling istimewa untuk melepas rindu. Mungkin niatmu hanya sekedar menjengukku, bertanya kabar, apakah aku baik-baik saja disana atau sekedar melepas rasa sesal karena nggak hadir di acara yang mungkin special untukku., tapi tidak untukmu mu,
Namun sebenarnya itu nggak terlalu  penting sayang  jangan berkorban untuk aku, aku yang pernah membuat hidupmu terpuruk dalam kebingungan dan kebimbangan. Aku sadar sekali, sangat sadar, dan aku hanya ingin melihat kamu bahagia sebelum aku menerima karma atas semua yang aku perbuat sebelumnya…
Mmmm…..kamu biarkan baju yang kamu pakai basah karena rintik itu , baju yang  serba hitam dengan tudung rambut yang sepertinya aku mengenalnya. Ya….kalau nggak salah aku yang memberinya di ulang tahun hubungan kita dulu yang kita jalani selama 2 tahun. Kamu memang sangat cantik kenapa aku melepaskan mu, seharusnya engkau tetap berada disisiku dan kita akan membangun masa depan cinta dengan penuh warna, karena kita memang sudah berikrar setelah aku dan kamu lulus sarjana dan ada pekerjaan mapan yang bisa aku banggakan buat kamu, aku akan mengikatmu dengan dua cincin yang di desaign sama.
Khayalan tingkat tinggi ini mengingatkan aku dua bulan yang lalu tlah memutuskan dan membiarkan jiwamu gelandangan mencari kepastian atas cintaku

Lokasi Taman Merdeka Walk City
Kamu duduk menunggu kedatanganku, karena melalui pembicaraan tadi malam aku tlah mengundangmu untuk datang disini, seperti biasa taman kota sangat menarik untuk insan-insan yang sedang jatuh cinta. Begitu juga kita yang sering menghabiskan akhir pekan disini, hanya untuk melepas penat karena padatnya waktu kita. Biasanya kita selalu bercengkrama disini sambil memesan gugali warna pink khas wanita kesukaanmu, dengan canda tawa dan sesekali kamu suka mengagetkanku, tapi tidak untuk hari ini.
Setelah kedatanganku, aku mengambil jarak duduk denganmu, dengan wajah yang sedikit pucat aku masih mencoba tenang dan mulai kuucapkan kata-kata yang nggak sewajarnya aku lontarkan untuk seseorang se Ayu kamu…
“aku minta kita putus, karena ternyata ada wanita lain yang menarik perhatianku”
Seketika aku melihat raut wajahmu Shock dan aku langsung pergi membiarkanmu dalam sejuta pertanyaan atas keanehan sikap ku. Tapi aku tetap kuat, dengan sombongnya aku berlalu dari kamu, tanpa sedikitpun melihatmu dari belakang. Aku biarkan keegoisanku merajai segalanya .Aku biarkan kamu yang masih terduduk dengan bingungnya di taman itu, ya…..saat itu aku menjadi seorang yang terhebat didunia karena telah berani mengambil keputusan yang salah untuk, aku, kamu, keluargaku, dan keluargamu, tapi ketahuilah sayang sebenarnya jiwaku runtuh sesaat itu juga. Sampai dirumah bendungan perkasaku jatuh, mengalir dengan derasnya sampai seluruh keluargaku kebingungan karena hilangnya kesadaranku. Ya…..bukanya aku meminta kamu percaya dan menjadikan sebuah  alasan karena aku telah memutuskanmu secara sepihak. tapi aku menanggap inilah yang terbaik untuk kamu aku dan kebersamaman kita nantinya.
“Lokasi Rumah sakit Elissabeth Medan”
Semua sibuk dan kebingungan….buru-buru mama menelpon rumah sakit. Sampai akhirnya Mobil ambulance datang dan  membawa raga ringkihku menuju tempat ini.
Ketahuilah sayang ternyata Kangker otak ini nggak bisa di ajak bermain-main senantiasa dan selalu mengambil alih setiap energi dan nutrisi yang masuk dalam tubuhku. Padahal aku sudah berusaha sekuat tenaga untuk mengobatinya, beragai cara dan upaya sudah dilakukan tanpa bosan.
Ya…penyakit ini sebenarnya sudah lama bersemayam di ragaku, kalau nggak salah sejak aku berumur 16 tahun kelas dua es-em-u. Aku berusaha menyembunyikan ini padamu sayang, aku takut kamu gundah, kamu marah, dan kamu malah jauh meninggalkan aku jika kamu tahu tentang ini.
keluargaku sibuk menghubungi keluargamu, dan saat itu sebenarnya cemas sudah mulai melanda di sanubari ini, nafasku mulai tersengal-sengal, para dokter juga ikut kebingungan, mau mengoperasi aku secara dadakan atau membiarkan raga ringkihku terbaring lemah tak berdaya.
Namun Saat itu juga aku biarkan rilex raga ini aku melihat ada dua mahluk datang menghampiri aku. Sambil memperhatikan sekelilingku, mama, papa, adik kembar kesayanganku yang imut, hingga akhirnya aku mulai mengeja dua kali masyahadat.
Dengan sekali tarikan napas panjang akhirnya aku bisa dengan mudah melepaskan, keluargaku, aku, kamu, motor bebek kesayangan ku, kemeja putih darimu, dan saat itu juga ruangan rumah sakit berisik sekali. Suara tangis menjadi satu, berbaur dan menghasilkan warna baru dalam perjalanan panjangku.
Menunggu kepastian dihakimi karena aku berdosa tlah membiarkan peri secantik kamu sendirian di bumi ini.
Huh…betapa sunyi disini apalagi tanpa kamu yang selalu mengisi hari-hari ku, membangunkan pagiku, mengingatkan makan malamku, menyembunyikan playstation kesayanganku, dan menemani aku melukis seharian.

“Lokasi Rumah kamu Jl. Setia Budi, Medan
Kringgggg……..kring………..
“hallo, Siapa ni?”
“ini mbak rita kan?. ini Sarah mbak, mama nya ardy, mbak ardy sudah nggak ada mbak sekarang kami ada di rumah sakit Elisabeth, barusan jam 10.00 ardy meninggal. “

“Semuanya kembali menjadi kepingan-kepingan warna, kabur dan hambar nggak ada yang tahu  kalau pelukis alam sedang bingung menggoreskan kanvasnya, gambaran warna yang kontras menjadi kabur, mengecil dan mengilang di tiup angin malam ini”

Huh…warta dari mamaku tadi membangunkan seisi penghuni rumah kamu sayang, di ucap dan ditutur sedemikian rinci kata itu, dan dengan seksama kamu mendengarkannya. Sesaat kamu terdiam dan tanpa menunggu lama persendian penyanggah tubuhmu melemas dan hilang kesadaran mu..
Tetap kuat lah sayang aku nggak pernah berpaling dari mu sebenarnya, Kulakukan ini semua semua agar nggak terlalu dalam luka yang tergores di dalamnya hatimu karena kepergianku.
Karena setelah kejadian tadi siang mungkin ada sedikit benci di dada yang bisa membuat lupa dengan mudah lenyap.
Apa aku salah ?..mungkin aku salah betapa jongkok nya fikirku, ternyata pendidikan tinggi yang ku sandang nggak membuat daya pikirku jadi dewasa. Namun sekali lagi apakah aku salah?...
Aku bingung sekali sebelumnya, semuanya berkecamuk menjadi satu, di satu sisi aku nggak ingin melepaskanmu tapi takdir berkata lain yang di atas punya kuasa dari segalanya. Sekuat dan setabah aku menahan ini, tetap jawabanya nggak berhasil, bukan aku nggak percaya kamu, tapi semua ini kusembunyikan darimu karena aku nggak ingin ada air mata di retina coklat milikmu. Cukup aku yang merasakanya. Betapa sakit sekali akhir-akhir sebelum aku mengambil keputusan untuk meninggalkanmu.
***
“Terima kasih atas taburan bunga, dan doa-doa yang kau berikan mudah-mudahan bisa memuluskan dan meringankan langkahku menyebrangi jembatan shirottolmustaqim.
Namun aku masih belum sanggup beranjak meninggalkanmu sebelum aku melihat seseorang mengucapkan ijab qabul karena telah meminang wanita setulus kamu, biarkan aku disini, menemanimu di rumah, dimakam, ditaman, dan dimanapun tempat yang bisa mengingatkan aku untuk kamu.
Walau kau tak pernah merasaka kehadiranku, tapi setidaknya kamu merasakan betapa dalam cinta ini hingga aku tak sedikitpun membolehkan kau sedih jika mendengar betapa parahnya penyakitku dulu.
Aku cinta kamu sayang, lepaskan, dan doakan aku disurga walau sebelumnya aku harus di neraka.

Semuanya sarat dengan warna, hiasan dan lukisan bergabung menaburkan irama sepi, sunyi, mereka semua bercerita tentang aku dan warna.”



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Aku & Warna."

Post a Comment