Raysa Ku....


Ini adalah sebuah cerita yang penuh dengan liku kehidupan, dan inilah hidup yang sebenarnya, semoga cinta tidak akan merubah sebeah rasa....



Raysa Ku..
By : Ega


Bunga kamboja berguguran dan jatuh tepat diantara kursi roda yang aku gerakan pelan-pelan menuju pemakaman umum pusat kota Kisaran, pas sekali disebelah terminal kota tempat aku berpijak untuk sengsara. aku tuang sebotol air untuk menyejukan dua jiwa yang berdampingan terkubur disana, anakku Raysa dan istriku Dwi. Setelah itu aku bergegas kembali kerumah dengan dibantu beberapa orang yang ada disana untuk kembali mengarungi hidup sendiri tanpa kaki.
Seperti biasa setiap matahari pergi mencari tempat bersembunyi, dan warna bumi berganti, ditemani bunyi binatang malam yang bekerja mencari nafkah di tempat sunyi, disaat itu juga aku kembali mengenang bermacam cerita yang pernah tumbuh di rumah kumuh ini bersama aku, istri dan anakku.

20 tahun yang lalu.

Kawin lari..
Tidak ada setitik pun sesal atas perbuatanku ini, Jakarta kota kelahiranku, Medan kota pelarianku dan Kisaran kota tempatku menghabiskan mimpi bersama keluargaku, aku mencintainya dan Dwi pun sama, niatku hanya ingin hidup berdua tanpa rintangan, biarlah kedua orang tua kami tidak menyetujuinya, aku sudah dewasa dan mengerti atas tanggung jawab yang akan aku pikul sesudahnya, singkat sekali waktu berlalu dan selesailah ijab kabul resmi kami di depan seorang penghulu, tidak ada makan-makan, ucapan selamat, wali, dan atribut pernikahan seperti yang sering aku lihat saat menghadiri pesta pernikahan seorang kerabat atau teman. Namun cinta dan ikhlas telah terlanjur menyatu dalam benak dan kuat, cukuplah sebuah cincin kecil saja yang kuberikan sebagai mahar pernikahan dan kita akan arungi samudera hidup ini berdua..

18 tahun yang lalu.

Rumah penuh sekali, senyum dan tangis berhamburan, karena mahluk putih bersih telah hadir di tengah-tengah keluarga kami tepat di 6 Agustus tahun ini, setelah aku adzankan, ku beri nama ia Raysa. “ bayi cantik “, gumanku...ku jaga dan akan aku lindungi ia, beserta ibunya, walau gajiku diperusahaan tidak begitu memuaskan, namun cukup. Alhamdulillah karena aku ditakdirkan menikahi seorang wanita yang bisa menjaga uang kami dengan baik, aku rasa kalau hanya sekedar susu dan kebutuhan lain bisa tercukupkan.
Kenduripun terlaksana dengan hikmad, dan inilah pertama kalinya aku mengundang para tetanggaku, untuk ikut merasakan kebahagiaanku dan istriku Dwi. Hidangan sederhana yang digelar di tikar pandan menjadi acara penutup yang kami nikmati setelah berdoa bersama untuk keselamatan anak kami Raysa ku..
“ Amin ya Allah, atas segala rahmat yang telah engkau kucurkan kepada kami..”. Tutupku dalam doa yang aku panjatkan..hari ini..

15 tahun yang lalu..

“ Rasya..aduh Raysa, jangan nakal dong, jangan naik-naik,..” Rasya hanya tersenyum sambil menghampiri kembali mamanya yang sedang menjahit pakaianku yang sudah koyak..,
“ kenapa sih ma, banyak yang jatuh kalau Raysa lagi main..?”
“makanya jangan bandel biar nggak jatuh.” Raysa hanya diam, saat Dwi istriku menasehatinya, Raysa ku memang sedang bandel-bandelnya, untuk anak seumurannya di lingkunganku, Raysa ku lah yang paling menonjol, cantik mamanya melekat di garis-garis wajah mungilnya, begitu juga pintarnya, umur segini sudah jago baca, walau aku nggak ada rencana memasukannya ke Sekolah TK, karena perhitungan keuanganku, hal itu juga lah yang membuat aku selalu rajin mengambil jam lembur karena ternyata berimbas dengan pola makannya yang sangat kuat, belum lagi kebutuhan pokok yang lain yang harus aku penuhi sebagai kepala di keluarga kecilku..

14 tahun yang lalu

Aku rasa moment ini pas sekali , setelah ulang tahun, Raysa akan masuk sekolah, kugenjot semangat kerjaku tanpa lelah, untuk mendapatkan 1 paket perlengkapan sekolah plus tas mungil sebagai kado ulang tahun buah hatiku, dan bukan cuma aku, ternyata Dwi istri ku pun menggiatkan diri juga, mencari selembar uang tiap harinya untuk membantu mewujudkan keinginan kami. Raysa ku harus jadi orang, tekadku bulat.
Hari ini hari sabtu 5 agustus di tahun ini, dan aku berniat menjemput istriku lebih awal dari tempat kerjanya sebagai buruh pabrik bagian pengepakan di daerahku, akan kuberi kabar bahagia bahwa aku telah membeli kado istimewa untuk Raysa ku, diseberang jalan aku lihat Dwi sedang melamun, sambil menghitung lembaran uang yang ada ditanganya,
“Dwi.......!!!” aku teriak, karena melihat sebuah truk besar melintas didepannya, tak kuhiraukan keselamatanku saat itu, sementara istriku masih berkonsentrasi dengan pikirannya sendiri, aku sudah dekat dengan istriku, namun truk itu lebih gagah menghunus waktu dengan cepatnya, tanpa berhenti.
BBBBBBBBRRRRRRAAAAAKKKKK!!!!!!!
Kepala istriku terhantam kepala truk, sementara kakiku terlindas ban nya, banyak darah, dan darah...” Raysa ku bagaimana nasib kamu nak.?”, ucapku diantara isak tangis, rasa sakit, dan hembusan napas yang keluar satu..satu... dari hidung istriku, dan setelahnya aku hanya mengingat bahwa kakiku diamputasi keduanya, dan aku duduk di kursi roda, ditemani raysa, didepan rumah, karena istriku telah dikubur di komplek pemakaman umum dikotaku..

7 tahun yang lalu

Tidak ada pesta yang tak usai, namun semorat-marit perekonomianku, aku akan tetap berjuang untuk Raysa ku, aku bekerja mati-matian untuk memenuhi kebutuhan anak semata wayang ku ini, agar dia tetap melanjutkan sekolahnya, namun Raysa ku pernah sepulang sekolah berlari dan berlari, karena katanya dia diejek-ejek oleh temannya, “ untuk apa punya wajah ayu, tapi punya orang tua cacat “, aku hanya memintanya bersabar. Namun setelah itu dia menjadi Raysa ku yang berubah, rambutnya kini sudah tertutup jilbab.” pa..., Raysa pakai jilbab aja yah, biar temen-temen Raysa nggak mengganggu Raysa lagi “. aku mengangguk, dan kulihat ada airmata di sudut mata gadisku.

5 tahun yang lalu
Raysa ku telah lulus sekolah, namun hanya SMP saja, kasihan sekali dia, masa remajanya tak seindah masa remaja aku dulu, kalau aku dulu selalu dimanja oleh papa dan mamaku, namun kali ini berbeda. kugerakan badan ringkihku kesisi bangku didepan rumah, ada Raysa dan aku disana, kulihat matahari sudah pergi dan malam pun berganti
“ Pa...Raysa kan sudah besar, jadi Raysa pengen merantau mencari pekerjaan apa saja yang penting halal.., biar papa nggak perlu capek-capek lagi..” Raysa ku berucap, dan aku hanya mampu menatap, tidak ada keinginan untuk membiarkan juga melepaskan, namun Raysa ku menguatkan aku, kubiarkan dia pergi dan kota tujuanya adalah Jakarta, kota dimana aku dulu pernah merasakan indah mempunyai segalanya..

**
Raysa ku selalu mengirim aku uang untuk kebutuhan hidupku, sudah banyak keringanan yang aku rasakan, Raysa ku selalu bercerita indahnya kota Jakarta dalam suratnya, selalu bercerita bagaimana dia bekerja disebuah keluarga yang harmonis, walau dia cuma seorang pembantu, dia merasa dekat dengan istri tuannya, Alhamdulillah aku bersyukur, karena Raysa ku sudah mahir membawa diri. Raysa ku agak sedikit tidak nyaman dengan Nenek yang berada dirumah itu, Raysa ku bilang agak cerewet, aku hanya berdoa semoga Raysa ku sabar dalam menghadapi semuannya..

2 tahun yang lalu..

Sebuah surat dari Raysa ku melayang lagi kerumah, Raysa ku menulis ia ingin pulang, karena sudah nggak tahan dengan perlakuan nenek pemilik rumah yang selalu membentak-bentaknya, terlebih jika terjadi kesalahan walaupun itu kecil sekali. Aku sambut suratnya dengan legowo, Raysa ku akan pulang dan aku akan menyambutnya dengan bahagia, diakhir suratnya ia juga berkata telah menitipkan uang melalui rekening tetangga, dan sekali lagi mengingatkan aku supaya jangan pernah melupakan sholat malam, aku pun tersenyum membacanya, duh Raysa ku..sekarang memang sudah lebih dewasa cara berfikirnya..

1 tahun 9 bulan..

“ papa...tolong Raysa, Raysa sekarang dikantor polisi, banyak yang akan Raysa ceritakan kepada papa “, telepon tertutup, setelah itu aku ucapkan terima kasih kepada tetanggaku yang menyambungkan telepon Raysa kepadaku melalui Hpnya, dengan berbekal alamat, dan dibantu tetanggaku, aku ke Jakarta menemui Raysa..
“ papa Raysa takut...”, wajahnya kuyup, dan badannya kurus sekali, aku mengusap rambut anakku dan bertanya “ coba jelaskan apa yang terjadi.?”
“ cucunya menjatuhkan gelas, sementara Raysa belum sempat memungut kacanya, dan dia menginjaknya.., raysa nggak salah kan pa..?”, air mata Raysa ku jatuh banyak sekali, tapi aku tidak dapat berbuat apa-apa, Raysa ku mengatakan keluarga itu orang kuat, tapi dengan sekuat daya dan upaya, aku akan membebaskan Raysa ku, aku pulang ke rumah dan berharap banyak bantuan dari tetangga di sana agar bisa melepaskan Raysa ku dari jeratan hukum.

1 tahun 8 bulan

Raysa ku depresi , hingga terenggut nyawanya tepat 6 agustus di tahun ini, aku gontai saat akan mengambil jenazah Raysa ku di LP tempat nya ditahan, pada siapa aku akan mengaduh, ada seberkas harapan karena keluarga yang menahan Raysa juga akan datang, karena mendapat panggilan dari pihak kepolisian. Dan saat ini mereka ada dibelakangku, untuk bertemu mempertanggung jawabkan semuanya.
“ mama.....?..”
“ Haryo..., kamu ini haryo..? “
“ternyata mama yang menyebabkan Raysa, cucumu mendekam dipenjara, sampai meninggal..”
“ dia Cucuku...TIDAAKKKKKKKKK......”

Mamaku, berteriak dan menangislah sepuasmu, karena ternyata bukan cuma aku saja yang kau sakiti, tapi juga anakku, aku melirik orang yang dibelakang mamaku, dia adalah adik bungsuku, dan seorang gadis seumuran Raysa dan pasti itu yang diceritakan Raysa waktu itu, yang ternyata setelah aku ketahui dia adalah anak dari adikku atau bisa ku sebut keponakanku..
Atau bukan sama sekali, karena waktu papa dan mama mengusirku, mereka bilang aku bukan lagi menjadi bagian dari keluarga mereka, segera kubereskan jenazah Raysa ku, bersama badan cacatku menuju kampung dimana aku akan tinggal mengubur semua kenangan. Kabar terakhir yang kudengar mamaku juga depresi, adiku memberi kabar bahwa mama sering memanggil Raysa cucuku..Raysa cucuku....

**

Malam semakin larut, dan udara mencoba menusuk kulit kurusku,
“kenapa sih ma, banyak yang jatuh kalau Raysa lagi main..?”, teringat aku atas pertanyaan Raysa kecilku dulu, aku beringsut mencoba memejamkan mata dan berharap, takkan melihat matahari esok hari..

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Raysa Ku...."

Post a Comment