DEAR MEDAN
Dear Medan
Sore ini menyanjung kelam, matahari terlihat habis berendam di kicau hujan yang tak habis-habis membubuh bumi, btw aku masih terpaku disini, di meja ini, di ruangan ini, aku enggan untuk mengais roda sepeda motor dan melaju menuju rumah atau tepatnya KONTRAKAN, bangunan yang ntah berapa meter dan berapa luas yang aku sendiri tidak berusaha untuk mengukurnya, karena sebegitu sempitnya...
Medan...
Hari ini aku kembali dilema, tidak pasti sejak kapan atau bahkan sejak apa, aku jadi membenci aplikasi BBM, aplikasi yang sebegitu modern di rancang, yang bisa dengan gampang dijadikan acuan oleh manusia masakini untuk mempermudah komunikasi atau istilahnya chatting, berbagai obrolan bisa kita hadirkan disana, berbagai topik bahkan umpatan-umpatan saja bisa dengan mudah terkirim dengan jelas dan gamblangnya, ada pemilik BBM yang kerjaannya memonitor status teman-temannya dan ada juga yang mempergunakannya hanya untuk Broadcast sesuatu yang tidak begitu jelas dan penting, dan ada juga yang menggunakannya sebagai modal untuk mencari uang tambahan. Hmmm.....kenapa saya jadi menyalahkan aplikasi yang sebegitu canggihnya?..okee, saya akan mempersempit cerita saya kenapa saya menjadi dilema..
True story....
1. Akhir-akhir ini saya bingung apakah saya harus memulai percakapan melalui BBM dahulu, ataukah tidak?..okee saya akan memulai dengan bertanya kabar dahulu, dan apa yang terjadi, saya mendapat jawaban apakah saya tidak bosan bertanya kabar terus, apa tidak ada pertanyaan lain yang lebih ke masa depan?, saya berfikir untuk memulai obrolan kita harus berbasa basi dahulu dan saya salah...
2. Saya bertanya kabar dahulu, dan obrolan melalui pesan BBM pun berlanjut, tapi saya merasa ada yang janggal dengan obrolan ini, karena ada emosi didalamnya, sesuatu yang saya tidak pahami dan saya mengerti begitu deras ter sending tanpa henti, serta kecemburuan yang tidak pernah ada habisnya untuk dibicarakan...satu kata yang saya ingat yaitu saya EGOIS ( Orang yang tidak peduli dengan kepentingan orang lain, yang di dipikirkan hanyalah kepentingannya sendiri ) dari banyak hal..
3. Kita memulai obrolan kembali namun semua menjadi berubah, dari pesan-pesan yang terkirim isinya adalah segala macam umpatan-umpatan, kekesalan, dan rasa bahwa saya memang benar-benar manusia paling tidak punya OTAK, karena suka marah-marah, suka mengucapkan kata-kata kasar dan banyak hal.....banyak hal....
Sekarang saya berfikir, ternyata saya menjadi sedikit ketakutan untuk memulai obrolan menggunakan BBM walau dengan aplikasi serupa, wechat, line, WA, hasilnya akan tetap sama dan buahnya juga tidak akan memberi manfaat sama sekali...
Medan...
Kenapa akhir-akhir ini saya jadi manusia penyumpah, saya berani bersumpah atas apa saja, bahkan bersumpah demi orang tua saya yang telah meninggal, demi untuk menumbuhkan sebuah kepercayaan, apakah ini sebuah hubungan?....hubungan apa ini?....satu hal yang saya inginkan, mimpikan, hayalkan, membuat hidup ini menjadi mudah menjadi ringan dan terlihat tanpa beban, walau sebenarnya derita ini sudah bergunung-gunung butuh pendakian..saya berharap bisa menjalaninya ringan tanpa kesalahan, tapi sepertinya itu sulit.. Apakah saya harus mengakhirinya saja?.. Apakah ada solusi yang bisa saya jadikan acuan untuk itu?.. Dan kembali saya bimbang..
Dear Medan..
Sepertinya malam sudah menyatu dengan dinginnya sisa hujan sore ini, dan sepertinya saya juga akan berusaha turun dari lantai dua, kelantai satu, dan menuju halaman kantor untuk pulang kerumah memungut kembali penyesalan-penyesalan yang tidak akan pernah habis, hampir habis Cuma bertambah lagi.. Malam ini saya berencana untuk memasak ikan untuk pussy tercinta, dan beradu lagi dengan gejolak apakah saya mulai BBM lagi atau saya menunggu BBM saja, atau saya membiarkan waktu yang akan memBBM nya....
Karena itu ternyata sangat menyakitkan....
0 Response to "DEAR MEDAN"
Post a Comment