Suku Gayo Deret
Suku Batak Gayo Deret, atau Gayo Linge, merupakan salah satu sub-etnis dari suku Gayo yang menetap di daerah Linge di kabupaten Aceh Tengah provinsi Aceh. Populasi orang Gayo Deret diperkirakan sekitar 8000 orang pada sensus tahun 2010.
Orang Gayo Deret berbicara dalam bahasa Gayo, tapi bahasa Gayo yang mereka ucapkan memiliki dialek yang agak berbeda dengan kelompok puak (sub-etnis) Gayo lainnya. Bahasa Gayo Deret/ Linge walaupun memiliki perbedaan dialek dengan puak (sub-etnis) Gayo lainnya, seperti Gayo Lut (di kabupaten Bener Meriah dan sebagian Aceh Tengah), Gayo Lues/Belang (kabupaten Gayo Lues) serta Gayo Lukup/Serbejadi (di Aceh Timur dan Gayo Kalul di Aceh Tamiang tetap bisa berkomunikasi dengan baik.
Orang Gayo Deret mengamalkan adat istiadat serta budaya yang tidak jauh berbeda dengan puak Gayo yang lain. Hanya terdapat perbedaan istilah saja dalam penyebutan beberapa istilah dalam budaya dan adat-istiadat mereka. Istilah "deret" tidak diketahui berasal dari mana, tapi dari penuturan orang tua-tua dari masyarakat Gayo Deret, bahwa istilah "deret" adalah berasal dari nama seseorang yang dahulunya diberi tugas oleh sang Raja mereka untuk memelihara seluruh jenis binatang yang berada di wilayah adat mereka ini. Sedangkan istilah "linge" berasal dari kata "lenge", dalam bahasa Gayo, "linge" berarti “suaranya”. Setelah masa kemerdekaan daerah Linge lebih dikenal dengan sebutan Gayo Deret. Linge adalah nama sebuah kampung dan juga salah satu nama kecamatan di kabupaten Aceh Tengah, dengan ibukota Isaq. Kampung Linge memiliki 3 dusun, yaitu Kawe Tepat, Pengkudu dan Buntul dengan penduduk sekitar 100 KK.
Daerah pemukiman orang Gayo Deret di Linge, adalah daerah perbukitan (80% wilayahnya ditumbuhi Pinus Merkusi), sehingga merupakan daerah yang asri. Namun daerah Gayo Deret yang berada di perbukitan, tapi udaranya tidak sedingin di Takengon dan Bener Meriah.
Di daerah ini dahulunya pernah berdiri sebuah kerajaan besar sekitar abad X, yang bernama Kerajaan Linge (Kerajaan Lingga) sekitar tahun 1025M. Kerajaan Linge ini adalah sebuah kerajaan yang didirikan oleh orang-orang Gayo pada masa jauh sebelum ada Kerajaan Aceh Darussalam yang sultan pertamanya Meurah Johan merupakan anak keturunan Raja Linge yang pertama, yaitu Adi Genali. Konon, orang Gayo lah pemeluk Islam pertama di wilayah provinsi Aceh ini. Selain itu menurut orang Gayo Deret, bahwa orang-orang Gayo pertama sekali berasal dari daerah Linge, kemudian menyebar ke berbagai daerah di luar Linge. Seperti dalam pepatah Gayo, Keasalan Linge terungkap dalam pepatah Gayo, “Asal Linge Awal Serule” dan menurut Kekeberen (Tradisi lisan).
Sesuatu yang menarik terjadi baru-baru ini di Tanoh Linge, pada 28 Januari 2013 di Umah Pitu Ruang Buntul Linge, telah mengukuhkan Iklil Ilyes Leube sebagai Pemangku Reje Linge XVIII. Menurut keterangan, bahwa pengukuran Reje Linge ini bertujuan untuk mempersatukan masyarakat Linge Raya meliputi kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues, Kalul di kabupaten Tamiang dan Lukup Serbejadi di Aceh Timur. Dengan ini berarti Kerajaan Linge memiliki seorang Reje kembali.
Kehidupan yang semakin berkembang dalam masyarakat Gayo Deret dari tahun ke tahun semakin menunjukkan eksistensi mereka sebagai orang Gayo di tengah budaya mayoritas suku Aceh di provinsi Aceh. Menurut cerita di masa lalu, konon orang Gayo Deret kalau berhubungan dengan masyarakat lain biasanya mengaku sebagai orang Aceh, karena kalau menyebut "dari Gayo", kuatir orang tidak tahu apa itu "orang Gayo". Tapi kini, orang Gayo Deret telah percaya diri untuk menyebut diri sebagai orang Gayo Deret.
Dalam kehidupan keseharian, orang Gayo Deret pada umumnya juga hidup pada pertanian padi sawah dan perladangan. Dalam perkembangannya, mereka juga mencoba mengembangkan pola pertanian mereka pada tanaman keras seperti kopi dan kakao, sedangkan tanaman khas di wilayah Gayo Deret adalah kemili (kemiri). Selain pertanian, masyarakat Linge juga dikenal sebagai peternak hewan, khususnya kerbau.
referensi:
> http://protomalayans.blogspot.com/2012/08/suku-gayo-deret.html
> http://sejarah.kompasiana.com/2013/07/20/linge-negeri-asal-orang-gayo-575099.html
> http://winaan.blogspot.com/2011/02/sejarah-singkat-gayo.html
> http://voice-of-linge.blogspot.com/
Orang Gayo Deret berbicara dalam bahasa Gayo, tapi bahasa Gayo yang mereka ucapkan memiliki dialek yang agak berbeda dengan kelompok puak (sub-etnis) Gayo lainnya. Bahasa Gayo Deret/ Linge walaupun memiliki perbedaan dialek dengan puak (sub-etnis) Gayo lainnya, seperti Gayo Lut (di kabupaten Bener Meriah dan sebagian Aceh Tengah), Gayo Lues/Belang (kabupaten Gayo Lues) serta Gayo Lukup/Serbejadi (di Aceh Timur dan Gayo Kalul di Aceh Tamiang tetap bisa berkomunikasi dengan baik.
Umah Pitu Ruang |
Umah Pitu Ruang di Buntul Linge (Rumah Adat Gayo Linge) |
Daerah pemukiman orang Gayo Deret di Linge, adalah daerah perbukitan (80% wilayahnya ditumbuhi Pinus Merkusi), sehingga merupakan daerah yang asri. Namun daerah Gayo Deret yang berada di perbukitan, tapi udaranya tidak sedingin di Takengon dan Bener Meriah.
makam Raja Linge dan istri, di kampung Linge, kec. Linge, Aceh Tengah (pic: Alfazri, Kompasiana) |
Sesuatu yang menarik terjadi baru-baru ini di Tanoh Linge, pada 28 Januari 2013 di Umah Pitu Ruang Buntul Linge, telah mengukuhkan Iklil Ilyes Leube sebagai Pemangku Reje Linge XVIII. Menurut keterangan, bahwa pengukuran Reje Linge ini bertujuan untuk mempersatukan masyarakat Linge Raya meliputi kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues, Kalul di kabupaten Tamiang dan Lukup Serbejadi di Aceh Timur. Dengan ini berarti Kerajaan Linge memiliki seorang Reje kembali.
Gayo akhirnya punya raja Linge lagi. Dan ini terjadi Senin 28 Januari 2013 bertempat Umah Pitu Ruang Buntul Linge Iklil Ilyes Leube dikukuhkan sebagai pemangku Reje Linge ke-XVIII.
Pengukuhan ini dihadiri oleh masyarakat, akademisi, ketua dan anggota Komite Peralihan Aceh (KPA) Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues dan Aceh Tenggara.
Menurut keterangan Fauzan Azima selaku penyelenggara di Buntul Linge kepada Lintas Gayo, Senin (28/01/2013), pengukuhan Reje Linge ini sudah lama digagas oleh akademisi, seluruh ketua KPA kabupaten Aceh Tengah, Gayo Lues, Bener Meriah dan Aceh Tenggara.
“Pengukuhan ini bertujuan hanya untuk mermpersatukan masyarakat Linge Raya meliputi kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues, Kalul di kabupaten Tamiang dan Lukup Serbejadi di Aceh Timur,” kata Fauzan Azima
- See more at: http://www.lintasgayo.com/33955/fauzan-azima-pengukuhan-reje-linge-untuk-satukan-masyarakat-gayo.html#sthash.aqluN9j1.dpufLinge | Lintas Gayo – Gayo akhirnya punya raja Linge lagi. Dan ini terjadi Senin 28 Januari 2013 bertempat Umah Pitu Ruang Buntul Linge Iklil Ilyes Leube dikukuhkan sebagai pemangku Reje Linge ke-XVIII. - See more at: http://www.lintasgayo.com/33955/fauzan-azima-pengukuhan-reje-linge-untuk-satukan-masyarakat-gayo.html#sthash.TckMRUpM.dpuf
Kehidupan yang semakin berkembang dalam masyarakat Gayo Deret dari tahun ke tahun semakin menunjukkan eksistensi mereka sebagai orang Gayo di tengah budaya mayoritas suku Aceh di provinsi Aceh. Menurut cerita di masa lalu, konon orang Gayo Deret kalau berhubungan dengan masyarakat lain biasanya mengaku sebagai orang Aceh, karena kalau menyebut "dari Gayo", kuatir orang tidak tahu apa itu "orang Gayo". Tapi kini, orang Gayo Deret telah percaya diri untuk menyebut diri sebagai orang Gayo Deret.
beberu (para perempuan) sedang menumbuk padi |
referensi:
> http://protomalayans.blogspot.com/2012/08/suku-gayo-deret.html
> http://sejarah.kompasiana.com/2013/07/20/linge-negeri-asal-orang-gayo-575099.html
> http://winaan.blogspot.com/2011/02/sejarah-singkat-gayo.html
> http://voice-of-linge.blogspot.com/
0 Response to "Suku Gayo Deret"
Post a Comment